Wednesday, March 20, 2013

Jatuh Cinta Lagi




Belum usai rasa sakit yang teramat sengit membukit, jamuan lama yang terakit tanpa nama mulai terbesit. Lagi. Dengan debar gemetar pertemuan baru menumbuhkan rindu jua ragu. Ada yang terulang, kuat bak tulang belulang.

Pada labirin-labirinya aku mengadu, bagaimana aku bisa sampai di peraduan jika serpihan itu masih menyeru. Duhai, benarkah itu masa lalu yang menyerbu.

Sayatan-sayatan lalu mendengus. Sejalan, rasa lalu kembali berhembus. Selagu tikus, keduanya menggerogoti hati dengan rakus.

Betapa matinya pilu membencimu, seberapa luluhnya ragu mencintaimu. Dua rasa berarus beda.

Terkubur sudah embun yang menyelinap pada angin. Terbayang, terpontang-panting oleh hembusan. Jatuh, namun tidak riuh. Pecah, berbaur dengan getah.

Sumpah, terlalu lelah. Memulai lagi suatu rapuh yang membuat diri terjatuh.

Sampai suatu musim tanpa nama dengan nostalgia bernama kita; dua anak manusia dari koloni berbeda, saling menatap mesra tanpa kata. Sedetik, dua detik, tiga, empat, menjadi menit, satu, dua, tiga, empat, jam, hari, berubah; minggu, bulan, tahun. Sewindu lalu!



Dari manusia untuk cinta, Saya
penggemar rahasia semesta;
Nindya, Indika