Tuesday, September 16, 2014

Pada Akhirnya


Nikmati alunan musik yang didendangkan
Hanyut dalam kebersamaan tak bertujuan
Sekejap lupakan masa lalu
Menutup rapat hati yang pilu

Tertawa ria bersama
Bersuka ria gembira
Menopang beban tak bermasa
Menjinjing luka dengan tangan yang sama

Bersiap diri seakan ingin berlari
Berbaris lima langkah di tanah suci
Berpindah beberapa jengkal dari tempat berdiri
Menopang dagu memikirkan diri sendiri

Melupa segala pahit yang ada
Berbicara pada cermin tanpa kaca
Melompat tinggi ke angkasa
Bertemu bidadari-bidadari surga


Pada akhirnya semua akan kembali ke tempat semula.

22:25 ~ 16/09/14
-indikann-

Sunday, September 7, 2014

Ingkar Janji


Aku yang salah, aku terlalu percaya pada semua perkataanmu.  Aku yang kalah, aku terlalu lelah bila harus menyusunnya dari awal lagi. Aku yang susah, aku terlalu sibuk merenda mimpi-mimpi kita bersama. Aku yang lemah, aku tak bisa mempertahankanmu. Aku yang menyerah, aku tak bisa lagi melukiskan indahnya jingga pelangi. Aku yang pecah, aku sudah hancur. Lebur.

Mas, perempuanmu sudah kau buat berantakan tak karuan. Bintang masa lalumu tak betah berlama-lama berada dalam ruangan penuh karbondioksida.Pengap. Mematikan.

Perempuanmu ini bagaikan anak kecil idiot yang selalu berkata iya pada semua permintaanmu. Dan kamu, kamu sebagai penyembuh luka masa laluku mengingkari kalimatmu sendiri. Mungkin kamu sudah tak pantas aku panggil dengan sebutan ‘Mas’. Memang iya, dari awal tak pernah ada bukti yang menunjukkan keserasian itu, kecuali hormatku pada lelaki yang mereka sebut junior.

Sampai di sini aku sudah sekarat. Jangan semakin bebani aku dengan permintaan maaf yang terucap berkali-kali. Semua itu membuatku jatuh pada luka yang sama. Jangan lagi mengucap jika hanya kau telan sendiri. Jangan pernah kaubuatku tak percaya lagi pada suatu bernama janji.



7 September 2014
22:14
 
 -indikann-

Thursday, September 4, 2014

Beda


Kadang kita merasa risih, anti, jijik dan tidak suka pada sesuatu yang berbeda dari biasanya namun tak menyalahi norma. Bila ada yang bertanya siapa contohnya, maka aku akan menjadi yang pertama dan paling lantang berucap kata.


Bilamana Tuhan sudah menggariskan kehidupan, manusia tak bisa menolaknya. 

Tiap hati diciptakan berpasangan. Menggerus perbedaan, menyulam kebersamaan. Tak bisa kutepis perasaan yang sedang menggebu dalam lubuk hatiku. Mengarungi dari suatu labirin ke labirin lainnya tanpa henti.

Ketika kita menemukan pelabuhan hati, kita (bisa) lupa segala yang telah kita tetapkan sebelumnya. Harta, usia, postur tubuh, kecerdasan semua menanggalkan singgasananya. Ketulusan menjadi satu dari sekian sifat yang membuat kita menjemput hari bahagia.


Cita-citaku bukan menjadi ahli debat, Sayang. Mengertilah betapata resahnya aku atas ke(datang)pergianmu.

Usia kita sama, hanya tingkatan yang membuat kita dipandang berbeda. Tatapan sinis mengutuk kedatangan kita. Walau tak semua mata peduli, tetap ada nyinyir kata-kata kasar yang tak ingin kudengar. Mengakibatkan memar di sekujur binar-binar bintang. Mencemari keindahan alam yang Tuhan beri.

Kita lahir di tahun yang sama, perbedaan pandangan membuat kita merasa jauh. Rumit rasanya bila aku harus menjadi mereka yang sejenjang denganmu. Sulit terasa dikala argumenmu berbaur dengan pola pikirku. Bagaikan menenggak air samudra seantero jagat raya, tak ada habisnya perbedaan kita.


Kita sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa.

Dengar, aku masih setia menunggumu datang membawa senyuman di penghujung jalan. Aku masih berada di tempat lama saat pertama kita berjumpa. Duduk manis mendo’a. Merapal nama yang sama. Aku bersedia menyodorkan bahuku bila suatu saat nanti kamu merasa butuh dekapan.

Lihat, aku masih memandang wajah yang sama. Memperhatikan gerak-gerikmu. Memahami tingkah lakumu. Melumat kata yang bisa membuatku rela.


Setiap persoalan selalu disertai jawaban.

Semestinya mereka tak perlu ambil bagian terlalu dalam. Mengorek keburukan, membongkar aib seseorang. Mencerminkan sikap ketidakberdayaan.

Semestinya aku tak perlu merasa risih bila ada yang berbeda, sebab perbedaan membuat dunia terlihat lebih indah. 

Semestinya aku tak perlu marah pada perkataan tak bertanggung jawab. Sebab, aku pernah memandang rendah perasaan yang saat ini kuselami.

Semestinya kamu paham. 


Terima kasih sudah membuatku mencicipi pantanganku sendiri. Kalau bukan karena kamu, aku tak pernah tahu bagaimana luluhnya logika mengikuti perasaan yang ada.


4 September 2014
01:50

-indikann-