Monday, July 21, 2014

Kembali


"Perempuan yang menjaga kehormatannya dengan menutup aurat itu perempuan hebat, pakai rok apalagi, ya nggak?" - Kamu, Sabtu, 19 Juli 2014

Perkataanmu menggeretak nuraniku. Meski perkenalan kita tak bisa dibilang lama, entah mengapa dengan riang hatiku meyediakan ruangan khusus untuk kaulabuhi. Kubuka lebar-lebar tanpa persyaratan. Untukmu, Mas.

Perempuan mana yang tidak mau mengikat janji dengan lelaki yang digandrungi banyak wanita? Bukan itu alasanku, Mas. Jauh di bawah bayang-bayang kelam ada kerindangan saat kata demi kata terlontar dari mulut manismu yang kata orang menggemaskan.


Harapanku terlalu tinggi. Jauh melampaui batas cakrawala. Menembus surga Sang Maha Kuasa.

Manusia banyak tingkah sepertiku masih pantas kan untuk mengaggumi lelaki yang canggung bila berhadapan wanita? 

Tak salah bukan bila aku merasa teduh di bawah payung lelaki yang bacaan tartilnya membuat hatiku luluh?

Bukankah wajar bila aku menyanjung lelaki? Bukankah ini kodratku sebagai makhluk Tuhan? 

Wajar kan?


Waktu, kembalilah seperti beberapa hari lalu saat aku bisa dengan bebas memperhatikannya dalam diam seribu bahasa.

Waktu, apa tak bisa berbalik arah? Aku ingin melihat lelaki yang kuanggap cemen sebab tak berani mengetuk pintu kamar akhwat.

Waktu, apa bisa kau membawaku pada masa lalu? Aku rindu dengan ocehannya yang jarang kugubris.

Waktu, bisakah aku menemuinya kembali? Aku ingin mendengar penjelasannya tentang bidang yang ia segani. Yang kala itu kuanggap remeh. 


21 Juli 2014 ~ 23:34
Terlalu dini bila kusimpulkan perasaanku saat ini.

-indikann-

Saturday, July 12, 2014

Ada yang Hilang


Ada yang ganjil. Sungguh.

Kuraba hatiku dengan penuh pengharapan. Kutemukan dedaunan mulai berguguran. Hilang sudah tanda-tanda kehidupan.

Ada yang pergi. Menghilang. Jauh.

Kamu, yang sedari tadi kupandang. Kuamati setiap gerak-gerikmu dari ujung hingga ke ujung lainnya. Dan kamu hanya diam, berbeda dengan kamu yang lalu.

Ada yang bergurau. Tertawa. Haha.

Senyummu.... sekali lagi. Iya, lagi. Aku tak pernah bosan memandangnya. Memusnahkan tiap-tiap memori sendu.

Ada yang hilang. Kamu,1 bersama satuan waktu.

Mati rasa, tak bisa berkata.


12 Juli 2014 ~ 19:12
Perjalanan pulang.

Sunday, July 6, 2014

Tanda Tanya


Apa bisa saya mencintai kamu tanpa satupun hati terluka?

Apa boleh saya memperjuangkan kamu dengan segala ketidakberdayaan ini?

Bagaimana jika saya pergi, apa kamu akan balik memperjuangkannya?

Kapan kamu akan menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut saya?

Kenapa tidak menjawab?

Takut?

Kalau begitu, saya juga takut bila kamu tak segera menjawab segala yang membuat pelangi tinggal satu warna.


Bersama bayanganmu, muncullah tanda tanya baru.

6 Juli 2014 ~ 23:54
-indikann-


Saturday, July 5, 2014

Soal Hati, Siapa yang Tahu?


Di dua pertiga malam dengan cahaya remang sang bulan aku terbangun. Air mata mengucur saat kutemui hatiku masih berada di tempat yang sama tanpa luka di dalamnya. Ah, bohong. Birunya lebam telah tertutup oleh kisah drama yang setiap saat memaksaku ikut ambil bagian untuk memerankannya.

Aku ingin kembali pada jalan sesungguhnya yang jauh dari kata dekat, kataku pada sisa-sisa malam yang sebentar lagi tertelan hangatnya mentari pagi.

Hatiku masih berpola nama seorang anak manusia berdarah biru. Bukan, bukan kastanya yang membuatku tunduk pada perasaanku. Bukan, bukan kedudukan yang kucari. Kode kehormatan apalagi. Ini soal hati yang tak bisa dibayar dengan emas dan berlian jenis apapun.

Mati rasa pada sikapku sendiri yang tak kunjung bergegas angkat kaki meski huniannya sudah berkepunnya. Memang pilihanku terlalu berani; nekat.

Setiaku masih berpihak padamu. Meski membuatku terombang-ambing saat kuselami lautan isi hati, bahkan membuatku terjebak dalam palung berduri. Aku berusaha untuk tetap tenang, menyikapi setiap butiran keangkuhan. Keangkuhanku sendiri memperjuangkan cinta di hatimu yang telah mati.


5 Juli 2014 ~ 23:26
-indikann-