Thursday, January 22, 2015

Jejak Liburan




Liburan yang kuharap cerah ternyata dipenuhi luka-luka lama yang menaikkan tekanan darah.  Ini kali kedua hatiku terluka di malam pergantian tahun.  Lagi-lagi menghancurkan mimpi-mimpiku. Tinggallah titik pada dua ribu empat belas terkasih. 

                                                                         ***

Sekalipun belum pernah terbesit di otakku untuk menjumpai terbitnya sang mentari. Ya, aku memang lebih suka bersembunyi di dalam selimut, mengurangi gigil dingin udara pagi. Begitu keseharianku setelah kembali sendiri. Bukannya mati rasa, hanya ada perbedaan yang membuatku tak peduli lagi dengan ponselku. Bahkan seharian kehabisan baterai pun aku tetap acuh, masa bodoh. 

Bagiku duduk di lantai atas bersama secangkir coklat panas sembari menyaksikan semburat jingga sebelum langit berubah warna menjadi gelap ialah hal paling menyenangkan. Pemahamanku kebanyakan datang saat kesendirianku melebur dalam bayang mentari tenggelam dan kuakhiri pengamatanku saat bintang mulai bermunculan.  

Aku selalu menunggu sore hari tiba. Menunggu pesan darimu lalu membicarakan ini itu sampai kau tinggal pergi kemanapun. Aku masih setia, meski dalam kebimbangan mendalam. I love you for a reason, no reason.









Di bawah cakwawala, di atas pasir putih, memandang batas mata. Aku berjalan menyusuri pinggir pantai. Sesekali melamuni janji tempo hari yang terlanjur kadaluwarsa. Senja masih terus menggeliat sampai matahari benar-benar menampakkan diri.
Dan
………………….
……………
……..
Aku menginginkannya duduk di sampingku memandang keelokan ciptaan Sang Maha Kuasa. Perkataan manisnya berputar-putar di otakku. Senyumannya terbayang jelas satu senti di hadapanku. Perkiraan kawanku melenceng jauh, raut wajahnya menusuk dadaku hingga sesak. Sial, aku gagal melupakan.

When I say I'm going to forget you I know it's impossible to forget someone I once knew. What I want is to erase you from my thoughts and purge you from my memories. I'm saying it's what I wish for, not what is or could ever be.

                                                                            ***
Dua minggu yang begitu tercela. Penuh tusukan dimana-mana. Menghabiskan puluhan lembar buku catatan. Menjejakkan kalimat tak pantas. Mengutuk keberanian. Meruntuhkan nyali. Mengisyaratkan pembalasan. Menghabiskan waktu. Mengejutkan hati. Penuh jebakan dari siapapun, termasuk orang terdekatmu sendiri. Serasa ingin berpaling saja.


19 Januari 2015
22:56

-indikann-