Sunday, October 19, 2014

Jatuh Tempo



Kita sedekat ini, sungguh? Aku masih tak percaya.
 
Dunia terlalu mungil bagi pertemuan yang tak terdamba. Segala sesuatunya berlangsung di luar rencana. Kejutan Tuhan selalu mengagetkan dan beralasan. 

Ketakutanku atas hubungan tak bernama masih menyelimuti perasaan di hati yang juga tanda tanya. Keyakinan yang kubuat sendiri perlahan luntur menggempur kekokohan sebuah prinsip. Pembelaan demi pembelaan kuperjuangkan untuk mencari dukungan. Namun, sia-sia. Sorot mata tak bisa menyangkal tiap debar jantung yang berdetak tak beraturan.

Mungkin aku tidak termasuk dalam daftar nama anak manusia yang jago menyembunyikan perasaannya. Cari saja kalau sempat. Kalau kamu mau dengan sabar mencari siapa sebenarnya penulis prosa yang tak kunjung memahami perasaan yang tumbuh di kalbunya.

Boleh jadi segala yang kurasa tak sepenuhnya kaurasa. Tentang satu nama yang sejak beberapa saat lalu mengganti kata ‘Dia’ dalam perbincanganku dengan Tuhan. Kau boleh tak percaya sebab aku juga sama. Awalnya kukira artian kita hanya sebatas aku dan kamu. Lama-lama mulai terbiasa dengan perbedaan yang membuat kita dipertanyakan, juga kebersamaan yang membuatku tak betah pergi terlalu jauh.

Sebuah prinsip yang kusematkan, dengan mudahnya kuhancurkan dengan sikapku sendiri. Ini bukan soal jatuh cinta dan semacamnya. Keresahanku jatuh pada sebuah titik yang membuatku takut untuk bangkit. Betapa tak berdayanya aku di bawah payung resolusi yang kubuat sendiri.


Tuhan, sebenarnya akau yang Engkau inginkan? Ingin mengetahui seberapa besar keinginanku untuk bertahan atau memang sengaja menyuguhiku hati untuk berlabuh?



20:25
18 Oktober 2014

-indikann-