Thursday, December 27, 2012

Saat Itu Aku Belum Mengenal Luka

Garasi
Aku rindu masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang telah lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang menyakitkan. Masa-masa yang aku habiskan bersama teman-teman, anak-anak sebayaku yang hanya kenal keceriaan itu. Ah, aku meindukannya.

Bercengkrama ria bersama alunan suara-suara kecil yang bernyanyi dengan merdunya. Ya, itu hal biasa aku lakukan dulu. Berlari mengejar layang-layang, ah, seperti seorang adam. Berbicara bersama ikan-ikan kecil di kolam depan rumah. Hey, aku tidak gila, aku hanya ingin bergembira.

Sewaktu kecil aku belum mengenal perihnya goresan luka karena cinta. Aku belum mengenal rasanya dijadikan pelampiasan oleh yang dicinta. Aku hanya mengenal rasanya tertawa, menangis dan bergembira. Dulu.

Aku merindu teman masa kecilku. Merindu masa kanak-kanak tempat aku dan kamu bertemu. Mungkinkah itu bisa terulang dalam sekajap waktu?. Pasti tidak, karena Tuhan punya kejutan di masa depan yang terbaik untukku. Aku yakin akan hal itu.

Aku tak mengerti apa yang ada di benakku saat ini. Aku ingin kembali. Kembali ke masa kecil yang penuh keceriaan. Penuh keceriaan tanpa cercaan. Tak seperti sekarang yang penuh cobaan. Oh, Tuhan aku lupa akan suatu hal, hidup memang penuh cobaan agar kita menjadi lebih bijaksana di masa depan.

Teman-teman masa kecilku, apa kabar hidupmu? Mungkin sekarang kalian juga sudah mengenal goresan cinta. Ah, seperti aku. Bahagia kah kalian bersama teman-teman baru? Aku harap iya, teman. Jangan lupakan aku, teman masa kecil yang dulu pernah (mungkin) membuat kalian menangis atau pun terawa. Maaf.



@numandya - Di saat aku sedang menahan pilu karena merindu sosok yang dulu telah membuatku tersipu malu.

Wednesday, December 26, 2012

Surat Tanpa Judul

Di atas bumi, 7 bulan yang lalu


Surat ini aku tujukan untuk malaikat penjaga hati yang sudah meluangkan waktunya untuk melindungi, menjaga, dan menemaniku.

Sayang, saat ini aku sedang melayang. Aku melayang di atas daratan dan lautan. Aku harap kamu baik-baik saja di selatan. Besok aku akan kembali dan menemuimu wahai pujaan. Jangan khawatir, cintaku sudah terpaku oleh cinta sang dewa keanggunan. Kamu di sana juga jangan bermain kenikmatan.

Sayang, aku yakin pasti sekarang kamu masih tertidur lelap karena aku meninggalkanmu di saat bagaskara baru tercium kedatangannya. Yasudah, aku akan menitipkan ucapan selamat pagi dari atas bumi melewati angin untukmu, Angin, sampaikan kalimat selamat pagi untuk pujaan hatiku. Semoga kamu terbangun karena hembusan angin yang menyampaikan lantunan kalimat untukmu.

Beberapa menit lagi aku akan berada tepat di atas tanah. Semoga di saat itu juga ada sebuah pesan darimu sayang sudah sampai kah?. Ah, betapa senangnya hatiku jika sang pujaan mengirim pesan yang membuat pipiku memerah.

Jaga dirimu baik-baik di selatan. Aku akan menjaga diriku baik-baik seperti pesanmu, pujaan. Walaupun kita berjauhan aku dan kamu akan tetap lengket seperti ketan.

Sudah dulu ya, sayang. Aku sudah hampir menapakkan kaki tepat di atas tanah. I love you.
    

Tertulis 7 bulan yang lalu
Ketika kita masih bersatu



@numandya - Ketika dulu saat kita masih bersatu.

Monday, December 24, 2012

Curahan Kasih Sayang

Kamu adalah untaian intan permata. Kamu adalah tetesan embun pagi yang jatuh membasahi kegersangan hati. Kamu yang mengulurkan tangan ketika aku terjatuh, sekalipun aku terjatuh pada lubang yang sangat dalam. Kamu yang mendengarkanku ketika aku bercerita tentang ini itu walaupun sebenarnya kamu tak tahu maksudku, tapi kamu paham betul apa yang harus kamu dengarkan, katakan dan lakukan. 

Bersamamu aku menjadi tegar untuk menghadapi berbagai rintangan yang menghadang. Aku dan kamu tak pernah ada kebohongan seperti di tempat lain. Semua berjalan jujur, tanpa pura-pura. Ini bukan basa-basi seperti kata politisi. Tawa dan canda terdengar lepas di semua bahagiaku. Tangis pun mengalir pilu di setiap dukaku. Hidup ku penuh warna. Hidup ku tak hampa. Karena kasih sayangmu.

Waktu yang tersisa seakan kurang untuk menampung. Menampung canda tawa dan tangisan kita. Terima kasih walaupun terima kasih saja tak cukup untuk mengganti tawa yang kau beri bertubi-tubi atau air mata yang menetes saat kita terjatuh... Terima kasih sahabatku.




@indikann - Memang benar kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai itu hilang, tetapi kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

Tempat Aku Dibesarkan

Di sini aku diajari bagaimana cara bertutur kata yang sopan. Di tempat ini juga aku diajari cara menghormati dan menghargai sesama. Di tempat ini segala keluh kesah aku sampaikan dengan gamblangnya. Dalam kisah ini aku telah diajari berbagai hal yang berguna bagi masa depan. Di tempat ini aku diajari untuk menjadi diriku sendiri.

Tanpa tempat ini mungkin aku tidak bisa menjadi aku yang sekarang. Tanpa tempat ini mungkin aku telah mengalami kehidupan bebas yang tak beraturan. Mungkin tanpa tempat ini juga aku tak menemukan kasih sayang.

Surga dunia namanya, betul kah itu? sebuah tempat yang mendorong kita menuju kesuksesan apa itu termasuk surga dunia?.

Sebuah tempat yang mengajariku arti kasih sayang, kesederhanaan, cara menghormati dan menghargai sesama, menjadi pribadi yang disegani banyak orang, dan tentunya di lingkingan ini aku sangat disayangi... keluarga.




farhanahabas.tumblr.com



@numandya - Mereka yang mengasihiku. Mereka yang merawatku. Orang tuaku.

Sunday, December 23, 2012

Dengarkan Aku ...

Kita sama-sama menularkan rasa.  Kita saling bercengkarama dalam kehangatan romansa cinta. Tapi apa kau sadar jika kita sudah saling meluka. Kita bersama dalam kesunyian yang hampa. Hampa karena hati kita diselimuti  perasaan murka.

Kisah lama dengan tangisan bertubi-tubi.

Sang bagaskara yang elok menyinari kisah kita telah berubah menjadi amukan angin yang sedang murka. Air mata menjadi muara pelampiasannya. Perasaan murka telah memasuki dua insan manusia yang sedang dimabuk cinta. Apa kau sadar bahwa kita telah melakukan sandiwara. Sandiwara yang melesat seperti panah asmara dengan api neraka.

Ternyata cinta bisa menjadi garang. Menyerang dalam ketulusan. Ketulusan yang selama ini aku perjuangkan karena kebersamaan, apa kau mengerti?.

Sayang, mengapa harus ada kemurkaan di dalam kedamaian? apa ini yang disebut pertengkaran? kenapa Tuhan, kenapa?. Apa aku harus pergi berkelana dengan membawa api kemurkaan?.

Aku punya penjelasan.

Bukankah kamu telah dikaruniai dua telinga oleh Tuhan. Tapi mengapa kamu tak sudi dengan penjelasaan. Berikan aku waktu untuk menjelaskan karena aku bukan manusia sempurna tanpa kesalahan.

Sayang, aku mohon dengarkan lantunan suara yang tak mampu menahan perasaan. Jangan dengarkan dia, sang api kemurkaan. Jangan biarkan aku membisu dalam  perpisahan. Dengarkan aku, wahai pujaan.




@numandya - Jelaskan dan dengarkan ketika dalam sebuah hubungan terjadi keretakan.

Saturday, December 22, 2012

Mencoba Pergi Dari Cintamu

Kota Kecil, 22 Desember 2012

Cukup!, sudahilah saja semua perasaan yang menggema dalam jiwa. Perasaan yang tak mungkin dimengerti oleh yang dicinta. Cinta yang tak terbalas karena kita. Kita yang tak mungkin bersama karena dia. Dia yang membuatku lengang tak bertulang. Aku akan pergi dan menghilang. Menghilang jauh darimu yang tak mengerti arti berjuang. Mengumpat dibalik kelebatan rumput ilalang dan berkata aku akan pergi menjauh darimu, sayang.

Goresan luka lama yang membekas dalam jiwa.

Kau telah menggoreskan luka dalam jiwa muda yang belum mengerti arti cinta, apa kau sadar?. Kau telah menancapkan tombak kemunkaran dalam dada, apakah aku ini hanya pelampiasan?. Luka yang kau buat dulu masih tersimpan rapat dalam kenangan. Kenangan masa lalu yang membuatku lemah dan rapuh, mengerti kah dirimu?.

Akankah kau tahu aku ini seorang jiwa muda yang mempunya harga. Aku bukan boneka yang bisa kau mainkan dengan rasa tanpa cinta. Aku ini manusia biasa yang tak sekuat baja. Aku bukan seorang dewi cinta yang dalam sekejap bisa membuat mereka terpesona.

Cinta telah membuatku menggema dalam kegelapan belaka.

Sudah cukup aku memuja cintamu. Memuja cinta tanpa belas kasihan sedikit pun. Memuja cinta yang telah membuatku memasuki kehampaan jiwa. Memuja cinta yang telah membuatku terlena dalam sekejap mata. Cintamu yang pergi bak kedipan mata telah membuatku hancur tak berdaya. Cintamu yang dulu kubanggakan ternyata hanya permainan semata.

Aku hancur tak berdaya ketika melihatmu menaburi jiwaku dengan taburan kemunkaran. Kemunkaran yang disebabkan olehku yang tak mampu menyeimbangi daya pikirmu.

Aku terlalu lemah untuk mencintaimu.

Mulai detik ini aku akan pergi karena aku lelah mengisi kekosongan hati. Jangan tangisi kepergianku ini. Jangan sesali kepergianku ini. Aku pergi menepi dan tak akan mencintaimu kembali. Aku akan pergi dan mencari yang mengerti diri ini.

Sungguh, ini  semua sebuah dusta. Aku ingin setiap hari berjalan mengarungi waktu bersamamu. Aku masih mencintaimu tapi kau tang mengizinkanku. Sekarang aku akan pergi atas pintamu walaupun itu sangat sulit bagiku.




@numanyda - Mencoba melupakan cinta yang masih melekat dalam kehangatan jiwa

Tahukah kamu mengapa Tuhan memberikan cobaan kepada setiap umatnya. Itu semua karena Tuhan ingin menguji dimana letak kesabaran kita, ketika kita berhasil maka Tuhan akan memberikan sebuah ketentraman untuk kita - @indikann