Friday, September 2, 2016

Kedatangan(mu)


Setiap hati selalu punya porsi, tak peduli Ia datang dari arah kanan atau kiri, Ia selalu punya cara untuk menggenapi. Datang membawa secangkir kopi sembari menghabiskan waktu senja dengan guratan jingga. Tidak berbual menyoal mimpi, namun menyimpannya dalam hati sambil terus berusaha memperbaiki diri. Setiap hati memang istimewa. Apapun itu.

Kamu datang lalu menjadi salah satu bagian degupan penting dalam kehidupan. Dengan sigap seluruhmu berhasil menjadikanku sebagai perempuan paling konyol se antero jagad raya. Tiada henti tawaku terdengar dari ujung satu ke ujung lainnya, selalu begitu ketika kalimat-kalimat itu terucap dari sudut bibirmu juga susunan kata yang begitu padu dalam setiap pesan singkatmu. Kau tahu, aku selalu suka itu. Termasuk ketika kau sedingin salju, kukuh pada sesuatu, merajuk meminta ini itu; manja. Juga kesemua jawaban debilmu. Aku selalu rindu dengan semua itu.
Image result for coffee tumblr
Source by : http://deliciousfoodies.tumblr.com/post/39103364243/costa-coffee-tumblr-on-we-heart-it

Kalau kau tahu betapa aku selalu ingin menghabiskan waktu bersamamu sebelum bunga tidur menyapaku. Berkali-kali melirik ke arah telepon genggamku, barangkali ada pesan baru atas namamu. Berkali-kali pula aku menulis tentangmu. Berkali-kali juga aku membangun kepercayaan dengan sajak-sajak lalu. Ya, kau pasti tahu seberapa sering aku menghabiskan malam hanya dengan menulis atau meresapi setiap kalimat baru yang tergores dalam buku.

Meski waktu terkadang tega membunuh harapan, tidak sedikitpun menggoyahkan tekadku. Mungkin aku bersedih, namun itu hanya sepersekian detik. Menit selanjutnya kau akan melihatku sebagai perempuan yang sama seperti beberapa waktu lalu yang tersenyum menyambut kedatanganmu. Muramku tak akan lama selama kegembiraanku.

Aku menikmati setiap alurnya. Berbelok tajam, melewati tikungan, menyebrangi perairan bahkan sampai melakukan pendakian. Semua itu indah kala aku percaya bahwa segalanya akan kulewati dengan penuh tekad dan menghasilkan buah kemahsyuran. Aku diam membiarkan kisah ini berjalan semestinya karena aku suka menyesap pahit manis kehidupan sendirian. Bukan berarti aku egois tidak mau berbagi cerita denganmu, hanya saja aku tak pernah tega melihat kesedihan membayangi wajahmu.



Salam hangat dari pecandu rindu,
Aku

Sunday, April 3, 2016

Tuan Mahal Kabar #2


"Aku sudah mendapat kabar. Kasihan sekali kamu, tidak dipentingkan" - Jumat, 11:35
"Kemarin dia ...." - Sabtu, 18:35
"Lupakanlah, dia di sana sudah ..." - Rabu, 09:50

Terlalu banyak kata yang menoreh luka, tak bisa kusebut satu persatu abjadnya. Awalnya kuacuhkan, namun telingaku memanas seiring waktu membawaku ke jurang lebih dalam. Kalimat itu menjadi makanan sehari-hariku, dibarengi air yang menetes dari pelupuk mata. Pas sekali perpaduannya, pahit bercampur perih.

Sialnya lagi, rindu yang lugu itu dengan polosnya masuk tanpa mengetuk. Membuat malamku menjadi suntuk bukan karena suara nyamuk, namun sebab hatiku sedang berkecamuk. Kedatangpergianmu bagaikan ujung tanduk yang sedikit saja mengenai perasaanku sudah bisa membuanya remuk.

Kau, apa pernah memikirkan perasaanku saat hari-hari menyerangku untuk mundur?

Kau tahu bagaimana rasanya? Acap kali kau menganggap sepele keluhanku. Rengekanku masuk lewat telinga kananmu lalu keluar melalui telinga kirimu; tak pernah kau pedulikan. Oh, bukan begitu. Ini semua salahku. Salah bila aku menceritakan ketakutanku padamu. Salah bila aku ingin kau meyakinkanku bahwa kau tidak seperti yang mereka katakan.

Kau, apakah masih mau menemani anak kecil yang satu ini ?

Mungkin perkataanmu tempo hari memang betul, aku hanyalah seorang anak kecil. Ya, anak kecil yang banyak maunya. Maaf untuk semua kekanak-kanakanku. Maaf bila membuatmu ingin segera pergi. Memang pantas anak kecil ini ditinggalkan, sebab Ia sangat menyusahkan.


Tinggal menghitung hari, sebentar lagi kau pasti akan pergi...


- indikann -
19 Agustus 2015

Sunday, March 13, 2016

Tuan Mahal Kabar


Selamat sore, Tuan.

Kamu dimana?
Sedang apa?
Kapan pulang?

Lupakan pertanyaan tololku. Anggap aku tak pernah menannyakannya sebab aku bukanlah seorang pengemis. Entahlah kenapa aku bisa sebodoh itu menanyakan hal-hal tidak penting pada seseorang yang harga kabarnya begitu mahal, sampai batangan emas pun tak mampu membeli sebuah kabar. Mungkin hari-harimu dijejali banyak kesibukan hingga lupa kalau ada yang sedang harap-harap cemas menanti balasan pesan.

Aku paham suatu hari nanti kita akan sama-sama lupa, yang kita ingat hanyalah yang berada di dekat kita. Bukan aku maupun kau. Aku mengerti suatu saat nanti kita akan tenggelam dalam kesibukan. Sampai lupa kalau kita pernah saling membutuhkan. Aku sadar suatu waktu nanti salah satu dari kita akan mengangkat tangan saat ditawan keadaan. Menyerah meninggalkan kisah banyak kenangan. Begitulah sajak hipotesaku. 

Benar saja, tebakanku tidak meleset, jauh hari sebelum hal ini terjadi aku mencoba menguatkan hati untuk berani berjumpa lagi dengan hal yang sangat aku takuti. Namun kenyataan tak semudah itu. Aku masih terlalu rapuh untuk menyalami kepergian, meskipun kepergian itu sudah berada tepat di depan mata. Rasanya ingin segera menutup pintu lalu meringkuk di pojokan ruang.

Kau lupa ada yang sedang berusaha kabur dari kenyataan menyakitkan dengan memejamkan mata atau dengan melibatkan diri dalam berbagai proses kegiatan. Begitulah caraku melupa. Bukan melupakanmu, tetapi melupakan kabarmu. Sebab aku tak ingin berlama-lama menangis dalam diam, begitu senyap.

Kau perlu tahu, aku tidak meminta barang. Tidak ingin bunga. Tidak ingin coklat. Tidak ingin boneka. Hanya butuh waktumu yang katanya lebih dari sekedar hanya.

With love,
Anak kecil


- indikann -
17 Agustus 2015