Aku tidak suka paksaan. Tidak sudi. Benci.
Setahuku, hidup ialah kebebasan beraturan, bukan paksaan yang mengekang; tak boleh ini tak boleh itu. Semuanya harus sesuai kehendak yang katanya paling berkuasa. Kalau memiliki 'daya tarik' lebih dinobatkanlah ia sebagai pemenang. Untung masih ada yang bernyali besar untuk mengungkap ketidak seimbangan. Bagaimana dengan yang diam, mau diperintah yang tidak sesuai kehendak hati. Perasaan tidak suka pun semakin menjadi. Para penguasa tak tahu kan?
Duhai, yang suka mengeluh saat orang lain membicarakannya sebagai orang yang seenaknya suka memerintah. Jangan marah bila kamu dikatai. Sebab kamu perlu koreksi dan membenahi diri. Mungkin kamu bisa menanyakannya pada orang yang kamu mintai pertolongan, apakah ia keberatan dengan keputusanmu atau malah senang bukan kepayang.
Duhai, yang hanya diam saat pengambilan keputusan dilakukan. Tak sepatutnya kalian menanam kejengkelan pada si penguasa. Mengapa? Begini, sekarang aku akan bertanya. Kenapa hanya diam kalau dendam bermunculan? Takut? Jangan khawatir, kalian masih sama-sama manusia yang ditempa dengan norma.
Duhai, yang berani mengatakan ketidaksukaan. Betapa hebatnya kalian dalam hal pengutaraan pendapat. Asal tidak menyeleweng dari kaidah yang berlaku dan masih menghormati lawan bicara ketika pendapatnya tidak diterima. Dia hanya tidak tahu saja apa yang ada dipikiranmu. Lain waktu, coba katakan lagi sebelum menjadi basi.
Aku tidak menyalahkan atau malah membenarkan ketiga pihak dari berbeda pemikiran. Toh, aku hanya mengutarakan pemikiran. Sebab hidup ialah kebebasan bertanggung jawab. Aku punya tanggung jawab terhadap hidupku sendiri, aku (sok) tahu resiko
yang akan kuhadapi kemudian kalau aku memilih yang tidak sejalur dengan
perintah. Caci maki bertubi-tubi mungkin akan terjadi pada diri yang
mengungkap prinsip demokrasi.
Nindya, Indika
160214 ~ 14:36
No comments:
Post a Comment