18 Desember 2014
10:34
“Mau nonton film ini nggak?”
teman lelakiku bertanya, tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.
“Enggak, (menyebut nama)” jawabku
datar sembari memandang ponsel; menunggu balasan pesan.
“Lho, kok (menyebut nama)?”
“Astaga, aku kenapa. Pikiranku
kok begini...” kataku sambil mengambil tas dengan tergesa lalu keluar dari
kelas dengan perasaan carut marut.
10:50
Sebuah pesan masuk.
“Ya udah. Selesai :)” jawabku singkat
“Aku tahu apa yang kamu rasain. Kamu perempuan kuat, jangan sedih lagi ya :)”
Balas teman perempuanku.
10:57
Aku harus bagaimana. Aku tak
mungkin membiarkan pikiran dan otakku tak tertata begini. Bagiku, suatu hal
yang tak kunjung selesai akan terus menghantuiku. Walau aku pernah mengatakan
bahwa ada sesuatu yang tak perlu kita cari tahu sebab suatu saat jawaban akan
terungkap.
11:00
Kuturuti kemauan hatiku entah
kemana perginya, aku harus beranjak dari tempat ini. Barangkali jawaban atas
segala pertanyaan kutemui di jalan atau dari suatu keadaan tercipta pemahaman.
Seperti kata guru mata pelajaran agama, membaca tak melulu melalui buku. Kita
juga bisa membaca melalui keadaan. Dari situ kita belajar arti kehidupan.
11:54
Berjalan terus berjalan menyusuri
trotoar penuh pedagang kaki lima. Jadilah aku berada di tempat penuh anak muda
menjalin asmara. Bukan karena salah pilih, aku hanya menuruti kemauan hatiku.
12:06
Tempat umum. Tak mungkin aku
menagis di sini dengan kesendirian yang dikelilingi banyak pasangan.
12:23
Selagi
menangis tak meninggalkan dosa, aku akan menangis sejadi-jadinya. Mengutuk
kebohongan berselimut bahagia. Menyesali waktu yang tak mungkin terulang lagi.
Oh, God...
Untuk
apa Tuhan mempertemukanku dengan seseorang yang membuatku melawan kantuk pada
dua pertiga malam bila akhirnya dipisahkan tanpa alasan.
Untuk
apa Tuhan memberiku kebahagiaan sebab dekapan yang begitu erat bila akhirnya
terlepaskan.
Untuk
apa aku menunggu di depan gerbang, berharap menjumpai seseorang yanng berhasil
menerobos kekokohanku untuk tak lagi menjatuhkan diri, bila kenyataannya tak
kunjung kutemui.
Untuk
apa Tuhan memberiku kado di hari suci nan fitri bila di akhir cerita diambil
kembali.
Untuk
apa Tuhan memberiku waktu singkat untuk mendekat lalu menarik lagi berjuta
bahagia yang kurasa saat sedang klimaksnya.
CALAiS 181214
Kamu tahu kan, perasaanku saat sedang kacau tak serasional logikamu.
Sudah pernah kuceritakan tentangku dulu kan?
Maafkan aku.
-indikann-
No comments:
Post a Comment