Monday, January 12, 2015

Setengah Gila



18 Desember 2014


10:34
“Mau nonton film ini nggak?” teman lelakiku bertanya, tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.
“Enggak, (menyebut nama)” jawabku datar sembari memandang ponsel; menunggu balasan pesan.
“Lho, kok (menyebut nama)?”
“Astaga, aku kenapa. Pikiranku kok begini...” kataku sambil mengambil tas dengan tergesa lalu keluar dari kelas dengan perasaan carut marut.


10:50
Sebuah pesan masuk.

“Ya udah. Selesai :)” jawabku singkat
“Aku tahu apa yang kamu rasain. Kamu perempuan kuat, jangan sedih lagi ya :)” Balas teman perempuanku.


10:57
Aku harus bagaimana. Aku tak mungkin membiarkan pikiran dan otakku tak tertata begini. Bagiku, suatu hal yang tak kunjung selesai akan terus menghantuiku. Walau aku pernah mengatakan bahwa ada sesuatu yang tak perlu kita cari tahu sebab suatu saat jawaban akan terungkap. 


11:00
Kuturuti kemauan hatiku entah kemana perginya, aku harus beranjak dari tempat ini. Barangkali jawaban atas segala pertanyaan kutemui di jalan atau dari suatu keadaan tercipta pemahaman. Seperti kata guru mata pelajaran agama, membaca tak melulu melalui buku. Kita juga bisa membaca melalui keadaan. Dari situ kita belajar arti kehidupan.


11:54
Berjalan terus berjalan menyusuri trotoar penuh pedagang kaki lima. Jadilah aku berada di tempat penuh anak muda menjalin asmara. Bukan karena salah pilih, aku hanya menuruti kemauan hatiku.


12:06
Tempat umum. Tak mungkin aku menagis di sini dengan kesendirian yang dikelilingi banyak pasangan.


12:23

Selagi menangis tak meninggalkan dosa, aku akan menangis sejadi-jadinya. Mengutuk kebohongan berselimut bahagia. Menyesali waktu yang tak mungkin terulang lagi.

Oh, God...

Untuk apa Tuhan mempertemukanku dengan seseorang yang membuatku melawan kantuk pada dua pertiga malam bila akhirnya dipisahkan tanpa alasan.

Untuk apa Tuhan memberiku kebahagiaan sebab dekapan yang begitu erat bila akhirnya terlepaskan.

Untuk apa aku menunggu di depan gerbang, berharap menjumpai seseorang yanng berhasil menerobos kekokohanku untuk tak lagi menjatuhkan diri, bila kenyataannya tak kunjung kutemui.

Untuk apa Tuhan memberiku kado di hari suci nan fitri bila di akhir cerita diambil kembali.

Untuk apa Tuhan memberiku waktu singkat untuk mendekat lalu menarik lagi berjuta bahagia yang kurasa saat sedang klimaksnya.

CALAiS 181214


 Kamu tahu kan, perasaanku saat sedang kacau tak serasional logikamu.
Sudah pernah kuceritakan tentangku dulu kan?
Maafkan aku.

-indikann-

No comments:

Post a Comment