Aku punya cerita yang tak sesuai
untuk dikata tentang suatu semesta sederhana bernama kita yang kubelah menjadi
dua.
Ada banyak hal yang ingin
kulakukan. Aku akan melakukan apa yang sudah kutuliskan. Entahlah aku egois atau
bagaimana tapi aku ingin terbang setinggi mungkin melewati batas cakrawala. Kau
tidak mengekangku, tak pernah. Hanya saja aku tak mau membuatmu semakin susah.
Sudah cukup kau mengalah untuk semua, merelakan pertemuan kita dengan
kekonyolanku yang memilih menghadiri perhelatan lain, menunda membalas pesanmu
dengan alasan klasik, “Maaf lagi banyak kerjaan”.
Ketika kepergian menjadi jalan
yang kupilih, lupakanlah kejadian tempo lalu. Aku jatuh, aku sakit, aku
merasakannya. Tapi aku sudah terbiasa untuk berdiri sendiri, tegak tanpa uluran
tangan. Bukannya egois namun getirnya romansa sudah kutelan jauh hari sebelum
pertemuan kita. Maka ketika kau kembali
dengan beribu maaf, yang kau jumpai tetap aku yang sama dengan simpul senyum di
bibir yang lugu.
Ketika aku memilih untuk mundur,
ingatlah satu hal bahwa kau bukan perusak mimpi-mimpiku. Sebab sebagian
ambisiku berasal darimu, dukunganmu adalah semangat terhebat ketika penat
mengusikku. Waktu yang kau luangkan untuk mendengarkan ceritaku lebih dari
cukup untuk mengobarkan api dalam diriku.
Aku tidak bisa menjanjikan
apa-apa tentang kita di esok hari dan kau tak perlu repot-repot menyusunnya
sebab tiada guna jikalau salah satu dari kita ada yang mengingkari. Tidak ada
yang bisa meramal kita tapi aku percaya kalau merpati tak pernah ingkar janji dan jalan Tuhan adalah harapan terbaikku. Kau masih bisa menyapaku seperti saat
itu, yang berbeda hanyalah kita berubah menjadi aku dan kamu.
Maaf, tapi aku memilih untuk
mengharuskan diriku pergi.
25 Mei 2017
11:53
- indikann -
No comments:
Post a Comment