Aku tak menyangka bisa berada di sini. Sebab sejak awal aku tak
pernah menuliskannya dalam kotak impianku, kecuali saat masa kanak-kanak aku
pernah berjanji pada seorang kawanku untuk menimba ilmu di sekolah yang sama;
tempatku saat ini. Aku tak menyesali pilihanku, Tuhan memberi yang terbaik untukku. Kalau bukan di sini,
mungkin tak akan siswa siswi berdiri mendengar lagu Indonesia Raya setelah
tadarus pagi.
16 Juli 2012
Dalam balutan putih merah
kulangkahkan kaki menapaki tingkatan baru. Senyum malu-malu terlukis pada
rupaku. Dengan semangat bercampur bayangan kekhawatiran sebagai seorang junior
yang berada di tingkatan paling bawah, aku berusaha menyingkirkan perasaan
takut atas makian kakak kelas yang katanya tak kenal ampun. Seperti yang ada
pada sinema elektronik. Nyatanya itu semua hanya mitos. Kelembutan dan
kesabarannya meladeni pertanyaan anak ingusan sepertiku membuatku mengerti
bagaimana cara menghormati.
Banyak kawan lama yang kutemi di
tempat baru yang nantinya akan kutempati selama tiga tahun. Semacam reuni
begitu. Keceriaan akan lembaran baru turut serta mengukir imajinasi kecil bersama
dua ratus lima sifat berbeda yang akan berjuang bebarengan mempersembahkan
kebanggaan pada almamater tercinta.
Wajah-wajah familiar mengelilingi seorang bocah berumur sebelas yang ingin
menyapa tapi tak tahu siapa namanya. Keinginan untuk berkenalan mendorongku
untuk bertanya.
“Hai, nama kamu siapa?” tanyaku
sambil menyodorkan tangan pada seorang perempuan yang kebetulan duduk di
sebelahku di bangku paling depan pada ruangan sebelah kelas musik.
Saat pertama kali mengenakan seragam putih biru. |
***
Mari, kukembalikan kalian pada
hari itu. Kuberikan imajinasi agar kauberfantasi soal masa lalu yang musti digali lagi.
Masihkah kalian ingat saat debaran
jantung berdetak lebih cepat ketika Guru membacakan kelas kalian?
Masihkah kalian ingat kawan pertama
yang kauajak berkenalan?
Masihkah kauingat perkara hati yang
barangkali membuatmu merasakan letupan pada perjumpaan pertama?
Masihkah kalian ingat
saat lonceng dibunyikan, kita berlari-lari menuju Mushalla untuk menunaikan
shalat ashar?
Masihkakh kalian
ingat saat menyebrangi sungai dengan hanya berbekal seuntai tali?
Masihkah kalian ingat
saat berjalan di atas aspal dengan pakaian basah kuyup?
Masihkah kalian ingat saat
mencoret-coret dinding depan sekolah dengan kreatifitas seni di bawah teriknya
sinar matahari?
Masihkah kalian mengingatnya?
12:25
16 November 2014
-indikann-
No comments:
Post a Comment