Friday, January 3, 2014

Pandangan Pertama


Bicara soal cinta, memang iya pernah ada rasa. Sebelum saat ini. Sebelum merasakan angka dua. Saat masih polos, baru mengenal bahagia. Dianggap cinta masih terlalu belia, dibilang suka setiap hari mengeja nama. Tak bertemu sehari saja sudah panik, bila bertemu meributkan hal sepele. Jadi, apa yang membuatku tertarik menyelami kehidupanmu lebih dalam?


Photo by funkyalice.buzznet.com
Kamu kecil sering merebut buku yang ku pegang. Jika aku menolak, kamu tak sungkan mengejarku hingga terjatuh di tangga. Langkahku terhenti lalu menoleh ke arahmu; mendapati ragamu tersungkur di lantai paling bawah. Namanya juga anak kecil, bukannya menolong malah berlari menjauh. Di tengah pelarian, kamu mulai bangkit mengambil tas gendong. Mengejarku lagi sambil tertawa riang sampai parkiran.

Aku kecil sering mengerjaimu. Mengelak berkata 'bagus' saat kamu menunjukkan gambaran demi gambaran yang kamu buat. Ekspresi cemberut langsung terpasang di wajahmu, alih-alih meminta maaf, aku malah mengambil spidol lalu menggambar ekspresi senyum pada kertas gambarmu. Di bawahnya tertulis namaku dan namamu; hasil tulisan cakar ayamku.

Kita kecil duduk sebaris. Hanya dibatasi jalan pembatas antara laki-laki dan perempuan. Disaat guru menerangkan kita suka ribut sendiri atau malah saling mengejek. Sampai ditegur guru juga kita tetap begitu. Tak ada kata kapok dalam kamus kehidupan kita. Kala itu.

Sekali lagi, apa yang membuatku tertarik menyelami kehidupanmu lebih dalam?



Photo by sandragalihp.blogspot.com

With love,

No comments:

Post a Comment