Monday, January 20, 2014

Setelahmu



J a n u a r i :

Sesuatu langka bermukim pada tabiatmu; apa adanya. Mengatakan yang ingin kamu katakan, menolak apa yang tidak kamu inginkan. Aku suka, Sayang.

Kau tahu, Sayang. Sebelummu aku tak paham arti kebebasan beraturan. Aku pikir hidup harus sesuai dengan ketentuan, tak boleh meluncur lebih cepat atau lambat dari rancangan. Yang aku tahu hanya melaksanakan tugas sesuai perintah, melaksanakan yang tak ingin aku lakukan, menerima peran tanpa persetujuan. Setelahmu, aku yang awalnya hanya diam menjadi aku penuh perkataan. Menolak dengan santun, ah tidak betul, aku pernah mengacuhkan perkataan orang. Memberi jawaban tidak suka kalau memang tidak berkenan. Ya, setelahmu.

Aku sering meluapkan keluh kesah sendirian. Berbicara pada tembok yang tetap berbentuk itu-itu saja. Kedatanganmu membuatku merasa nyaman tanpa paksaan. Aku bebas mencurahkan isi hatiku padamu. Sampai air mata mengikis kamu tetap mendengar ceritaku dengan penuh kesabaran. Sampai aku meneriaki namaku sendiri kamu dengan sabar menahan hantaman yang aku luncurkan.

Ketahuilah, Sayang. Bersamamu aku bertahan sedemikian kokohnya. Menepis segala yang merisaukan hati. Menangis tanpa air mata dalam pelukan. Menahan luka sembilu bersamaan. Menyandarkan lelahku dibahumu. Bercerita ini itu semauku. Sebelummu aku tak pernah begitu.


20 Januari 2013 ~ Saat bersamaku, jadilah kamu semaumu. Tak perlu menutup kekurangan dengan kebohongan, sebab kita yang akan menjadikan kekurangan itu menjadi keistimewaan.

No comments:

Post a Comment